“Life begins at the end of your comfort zone.” – Neale Donald Walsch


Ini ceritaku..tentang solo traveling first time ke Singapura. PERINGATAN : sebelum membaca sebaiknya siapkan cemilan dan kopi, karena di jamin ceritanya bakalan membosankan..hehe..

Nggak tahu kenapa,  masih susah bagiku menuangkan pikiran dalam sebuah cerita atau menceritakan kembali sebuah pengalaman dan mengemasnya menjadi sebuah cerita yang menarik. Sampai saat ini aku masih belajar untuk bisa menulis artikel yang bagus dan enak untuk dibaca.


One upon time, tepatnya weekend hari jumat tanggal 22 November 2019 aku memulai perjalanan pertamaku ke Singapura. Yeah..akhirnya aku memutuskan untuk ke Singapura juga. Traveling kali ini sebenarnya 4D3N, tapi efektifnya cuma 3D2N karena  hari pertama tiba di Singapura sudah larut malam.

Perjalanan dimulai Jumat siang jam 11siang, aku berangkat  naik bis ke Semarang (demi menghemat biaya) dan turun di halte depan Unisula, kemudian dilanjut dengan naik grab ke bandara. Biayanya aku naik grab mobil dari Kudus kalau mau ke bandara, hanya saja sekarang grab mobil mahal banget.


Setelah menempuh perjalanan yang lumayan panjang dengan beberapa moda transportasi akhirnya sampai juga di bandara. Dilanjut chek in, prosedur bandara dan  pemeriksaan imigrasi.


Penerbangan menuju Singapore bersama Air Asia lancar tidak ada kendala apapun. Sekitar jam 19.20 pesawat mendarat di Singapore di Terminal 4 (T4).


Sempat agak cemas juga terkait pemeriksaan di bagian imigrasi karena info yang pernah kudengar kalau imigrasi bandara Changi terkenal agak ketat. Dan memang waktu tiba giliranku pemeriksaan imigrasi agak lebih lama daripada yang lain. Banyak sekali yang ditanyakan oleh petugasnya seperti tiket pulang dan bookingan hotel. Untungnya aku sudah mempersiapkan semua dokumen baik hardcopy maupun softcopy.


Baca juga :

Persiapan Solo Traveling Kesingapura Ala Backpacker


Setelah keluar imigrasi, aku menuju Ground Transport Desk. Aku memilih untuk ke kota dengan shuttle Changi Airport karena sampai bandara Singapura sudah agak kemalaman. Untuk tiket shuttlenya aku booking lewat online dengan harga 9 SGD booking nya disini  Booking Shuttle Changi Online


Sempat ada sedikit masalah terkait tiket shuttlenya karena aku tidak mendapat email konfirmasi bookingan dari pihak shuttlenya, untungnya aku sempat mengcapture nomor kode bookingannya.  Setelah dikonfirmasi oleh front desknya dan agak lama nunggunya karena mesti dicek dulu,akhirnya aku diperbolehkan naik shuttle.


Mbak yang dibagian frontdesk nya helpful dan bisa bahasa Melayu. Berbeda dengan drivernya yang jutek. Kalau sama yang bule- bule sepertinya dia lebih ramah, tapi sama aku dicuekin dan diomelin lagi.


7 Wonder Capsul Hostel@Jalan Besar

Sampai hostel sekitar jam 10 malam, aku langsung chek in, sama resepsionisnya dijelaskan panjang lebar dengan bahasa inggris logat India nya yang cuma 10 % aku tangkap kata -katanya...selebihnya swear aku nggak paham. Aku cuma mengangguk angguk dan yes..yes....haha...padahal blas nggak paham. 


Tipe kamar yang kubooking di hostel ini adalah capsul yang bentuknya seperti kabin atau laci..tapi lebih mirip seperti peti. Pada dasarnya aku lebih suka menginap di privat room, karena bisa beribadah dengan lebih nyaman. Hampir sebagian besar kamar dorm tidak memiliki space kosong untuk bisa digunakan buat sholat, so aku sholatnya biasanya diatas kasur dan ini sangat tidak nyaman.


Hostel  7 Wonder Capsul Hostel@Jalan Besar ini sebenarnya nyaman, kamarnya bersih, share bathroomnya juga bersih. Hanya saja semuanya serba sempit. Sangat tidak disarankan untuk kalian yang memiliki Claustrophobia atau phobia ruang sempit dan orang yang punya body jumbo. Bayangin saja, toiletnya saja juga sangat sempit hanya cukup untuk orang - orang yang memiliki berat ideal. 

Dan yang aku nggak nyaman lagi karena share bathroomnya dipakai pria dan juga wanita. Karena berdasarkan pengalamanku sebelumnya dinegara lain, share bathroom pria dan wanita biasanya dipisah.


Walau ruang toiletnya sempit, tapi aku masih bersyukur karena toiletnya ada bidetnya alias spray toilet. kabarnya di Singapore banyak toilet kering yang nggak pakai bidet, so i felt lucky find bidet in that hostel toilet..That's why kalau travelingan jangan lupa untuk membawa botol kosong ya..buat jaga - jaga kalau nggak nemu bidet..okay...


Sabtu tanggal 23 November 2019

Hari ini aku start jalan sekitar jam 9 lebih.  Nggak tau kenapa tiba - tiba aku merasa enggan mau kemana mana. Ini adalah sindrom tempat baru...Walaupun sering solo traveling tetap saja mules setiapkali musti berpetualang di tempat yang baru, padahal mustinya merasa excited.

Tiba - tiba aku dilanda kegalauan tentang banyak hal seperti cara menyeberang jalannya gimana? trus cara naik MRT nya gimana?tapi ya sudahlah..masa sudah jauh jauh kesini hanya ngendon di hostel, apalagi hostelnya juga nggak nyaman kan. So,setelah beberes, aku turun juga untuk breakfast ala kadarnya.


Hal pertama yang aku lakukan saat memulai petualangan adalah mengamati cara orang lokal menyeberang jalan..hehe..lucu ya..(saking kuatirnya kena denda), karena kebiasaan kalau menyeberang jalan di Indonesia kebanyakan asal menyeberang aja dimanapun nggak mesthi harus di zebra cross. 


Di Singapura kalau menyeberang jalan musti diarea penyeberangan jalan seperti zebra cross, jembatan penyeberangan atau penyeberangan underground. Di jembatan penyeberangan ada tombol di tiang lampu lalu lintas. Kalau mau menyeberang tinggal pencet tombolnya, trus tunggu sampai lampu berwarna hijau. Kalau lampu dengan  gambar orang jalan berwarna hijau, that's mean kita boleh menyebrang. 


Urusan menyeberang jalan sudah beres, lalu lanjut ke MRT. Sampai stasiun, baca peta jalur MRT yang biasanya ada di area pintu masuk. Cara naik MRT nya cukup mudah yaitu cek dulu naik kereta yang mana dan turun distasiun mana. 


Disetiap pintu stasiun akan ada pintu palang dan mesin untuk men tap kartu transportasi. Tinggal tap kan aja dibagian mesin tapnya, nanti palang pintunya akan terbuka. 


Solo Traveling ke Singapura


PULAU SENTOSA SINGAPURA

Stasiun terdekat dari hotelku adalah Farrer Park dan Farrer Park ini berada di jalur North East (NE) – jalur ungu. Untuk menuju Pulau Sentosa aku musti berhenti di stasiun HarbourFront yang merupakan pemberhentian terakhir di Jalur Ungu. Stasiun HarbourFront berada di dalam Vivo City Mall yang merupakan Mall terbesar di Singapura.


Ada beberapa cara untuk menuju Pulau Sentosa dari Stasiun HarbourFront. Berikut alternatif transportasi saat sudah berada di VivoCity Mall untuk menuju ke Pulau Sentosa, diantaranya :

  • Kereta Monorail, disebut juga Sentosa Express, dengan tarif 4 SGD
  • Bus RWS8, dengan tarif 2 SGD
  • Cable Car (kereta gantung), nah yang ini harganya lumayan mahal bisa sampe 25 – 30 SGD
  • Jalan Kaki via Sentosa Boardwalk
  • Naik Taxi argo (ongkosnya sesuai argo, jauh atau dekat starting pointnya)
  • Naik mobil sewaan (ongkos sewanya lumayan mahal pastinya, bisa start dari mana saja)
Solo traveling ke Singapura

Selain alternatif transportasi diatas, bisa juga jalan kaki lewat Sentosa Boardwalk melalui Vivo City Mallnya. Menurut infonya sih harus membayar 1 USD. Tapi waktu kesana gratis alias free. Ngak tahu juga kenapa gratis, mungkin ada moment moment tertentu diberlakukan gratis.


Berjalan melalui Sentosa Boardwalk ini sebenarnya lumayan jauh juga sekitar 1 km lebih, but plusnya kita bisa melihat pemandangan laut dan sambil berolahraga juga.Yes... Badan sehat dan matapun senang.


Di boardwalk ini juga ada Travelator (escalator yang memiliki pijakan datar), jadi kalau kita capek bisa menggunakan travelator ini. Dan yang pasti, nggak usah takut panas atau hujan, karena Sentosa Boardwalk ini dilengkapi dengan kanopi.


solo traveling ke singapura


Pulau Sentosa merupakan pusatnya tempat hiburan karena ada banyak atraksi dan wahana disini.

  • Imbiah Lookout yang berada di jantung Pulau sentosa. DiCluster ini terdapat 8 tempat menarik untuk belajar dan memacu adrenalin seperti taman kupu-kupu dan serangga, Sentosa Nature Discover, Images of Singapore, The Merlion dan masih banyak lagi. Bagi Anda yang baru pertama kali ke Pulau Sentosa, disarankan untuk keImbiah Lookout ini.
  • Siloso Point, di kawasan ini ada tempat untuk menikmati keindahan bawah laut. Ada juga laguna lumba-lumba, Combat Skirmish Live dan sebagainya. Berikutnya adalah kawasan pantai. Ini adalah salah satu kawasan pantai di Singapore yang banyak dikunjungi wisatawan. Di sini, kalian dapat berjemur dan bermain di pantai yang tenang dan bersih. 
  • Resorts World® Sentosa. Disinilah tempatnya tempat hiburan ternama berada, seperti Universal Studio, Marine Life Park, Lake of Dream, dan masih banyak lainnya.

Tempat pertama yang aku kunjungi adalah area Resort World Sentosa. Karena aku traveler miss queen, jadi misiku diarea  ini hanya berfoto di depan bola dunia USS. Kata orang belum ke Singapura kalau belum foto di bola dunia yang ada tulisannya Unversal..jadi, kalau kalian ke Singapura jangan lupa berfoto di sini ya...


Selanjutnya aku menuju Imbiah lookout dan foto bareng patung merlion raksasa. Itupun dari kejauhan..hehe..


Setelah puas berfoto disitu aku menuju Stasiun Sentosa Express menuju Siloso Point. Disini aku cuma lihat - lihat pantainya saja, karena ngapain juga berpanas panas ria dipantai di tengah hari. Untungnya cuaca hari itu tidak terlalu panas, bahkan sempat gerimis juga.

Solo Traveling Singapura

Mushola Di Pulau Sentosa

Setelah puas berkeliling dan tenguk- tenguk dipantai, aku kembali ke sentosa expres stasiun di area Siloso Point, disini Aku mencari prayer room untuk sholat duhur dan berbekal informasi dari google, akhirnya ketemu juga prayer room nya. Yaitu dilantai basement (satu lantai dengan tempat parkir mobil dan letaknya di dekat lift di basement).


Setelah sholat aku menuju stasiun naik Sentosa express  dengan tujuan ke Vivo City Mall. Niatnya sih  di Vivo City Mall mau makan siang, tapi berhubung aku nggak cukup percaya diri makan disitu ( tepatnya karena nggak punya cukup uang), so aku hanya makan roti bekalku di area kolam renang. 


Perjalanan dilanjut menuju MRT  Harbourfront. Banyak destinasi menarik di sepanjang jalur ungu, seperti kawasan wisata belanja Chinatown dan Litle India berada jalur ini. That's why i feel so lucky nginep dekat jalur ini.

CHINATOWN SINGAPURA

Dalam perjalanan pulang ke hotel, aku berhenti dulu di kawasan Chinatown. Disepanjang jalan dekat MRT ada kawasan perbelanjaan. Aku melenggang cantik ditengah hujan gerimis. Suasana yang cukup romantis sebenarnya...tapi tidak bagi jomblo traveler sepertiku. 


Begitu keluar dari area belanja- belanja. Aku menuju Sri Mariamman Temple yang merupakan kuil hindu tertua di Singapura, sayangnya nggak bisa masuk kedalam karena infonya hanya dibuka pada momen momen tertentu.


After took picture aku berjalan menuju masjid Jamae. Dan inilah masjid pertama yang kutemui di Singapura. 


Masjid Jamae ini dulunya adalah tempat ibadah muslim Tamil yang didkenal juga dengan nama Masjid Chulia. Masjid Jamae dan Sri Mariamman Temple menjadi tengaran ternama di Shoud Bridge Road.

Solo traveling ke Singapura

Nemu masjid, itu rasanya happy banget, Selain bisa sholat dengan nyaman. Selain itu juga bisa numpang ke toilet gratis dan yang lebih senangnya lagi  disini disediakan minum gratis. Untuk traveler sepertiku ini adalah berkah tersendiri.  Aku minum air putih disini sebanyak banyaknya (mumpung gratis dan karena beli air minum di sini mahal). Seharian aku dehidrasi karena berhemat air minum.

Solo Traveling Singapura

Kembali ke Chinatown, Disini banyak kios -kios yang menjual berbagai barang. Kalau menututku sih harganya standar dan tidak terlalu mahal. Aku membeli sedikit oleh - oleh, lumayan murah serba 1 SGD,. So, aku membeli beberapa cinderamata untuk oleh -oleh.


Sebenarnya setelah dari Chinatown ini aku bermaksud mampir ke litle India, tapi berhubung sudah kesorean dan aku juga sudah janji sama mbak Nuke untuk segera ke hotelnya. Akhirnya nggak jadi dan lanjut ke stasiun MRT Farrer Park.


MRT Farrer Park terintegrasi dengan City Square Mall. Inilah yang membuatku kebingungan mencari pintu keluar menuju jalan  jalan raya, Karena kontruksi mall ini separuh lantainya berada di bawah tanah. Agak susah menemukan jalan keluar dari Mall. Hampir 1 jam lebih aku berputar berputar disini hingga akhirnya aku berhasil juga menemukan jalan keluar menuju hostel.


Sampailah aku di hostel lagi, kemudian aku packing dan chekout. Kunci kamar kuserahkan dan resepsionis memberikanku kembali uang depositku sebesar 10 SGD. Karena lokasi hotelnya mbak Nuke lumayan jauh, So aku memutuskan kesana dengan naik bus. Hitung - hitung mencoba transportasi bus di Singapura dan kebetulan dekat hostelku ada Halte bus.


CARA NAIK BUS DI SINGAPURA

Sebelum naik bus, cek dulu rute dan nomor bus nya serta perkiraan jam kedatangannya. Biasanya ada di halte untuk rute dan nomor busnya atau bisa juga di cek di google map.


Cara naik busnya masih sama  seperti naik MRT. Tap kartu dulu di pintu masuk, dan kalau mau turun sebelum sampai di halte tujuan pencet tombol yang ada di tiang. lalu kartu di tap lagi di tiang dekat tombol. Untuk pintu masuknya dari depan dekat kursi sopir dan untuk pintu keluarnya lewat pintu tengah. Unfortunately aku salah turun halte, mustinya kurang satu halte lagi. Alhasil aku harus jalan lebih jauh ke Great Madras. 


Perjalanan menuju ke Great Madras hotel sekitar 15 menit dari halte yang salah tadi. Dengan bantuan pemandu setiaku (google map) ketemu juga Hotel Great Madras tempat mbak Nuke menginap. 


Oh ya, untuk kalian yang mo stay sama teman yang sudah chek in hotel duluan, jangan lupa minta nama lengkapnya. Biar kalau ditanyain reseptionisnya nggak mencurigakan githu..syukur- syukur dijemput sama teman di loby, jadi nggak perlu menjelaskan apapun ke resepsionisnya. Soalnya waktu itu, aku lupa nanya nama lengkapnya mbak Nuke, jadinya pas di kroscek sama resepsionisnya, ak nggak bisa jawab..iyeee....malu kan...


Finally, ketemu juga ama mbak Nuke for the first time. Ternyata dia lebih friendly dari dugaanku, sungguh beda dengan gayanya kalau inbokan. Aku pikir orangnya jutek..ternyata enggak. Dia baik banget ternyata, senang bisa mengenalnya. 


So, karena kami berdua sudah kelaparan, akhirnya kami segera menuju stasiun MRT terdekat. Rencananya kita mau makan di Bugis T jungtion tapi nggak jadi. dan kita makan di area bugis street.

Bugis Street


BUGIS STREET

Bugis memang terkenal sebagai pusat belanja dan oleh-oleh di Singapura. Di Bugis ada juga surga makanan buat kamu yang punya budget minimalis. Bernama Albert Centre, pusat kuliner ini terletak di Queen Street, tepatnya di belakang Bugis Street Market. Ada ratusan pilihan makanan yang bisa kamu coba, mulai dari nasi lemak, prawn noodle, bebek panggang, laksa, dan masih banyak lagi. Harga setiap makanan pun sangat terjangkau, yaitu mulai dari $2 lho.


Tapi sayangnya ketika sampai disana  hampir sebagian besar "warung makannya" dan tutup. Nggak enak  banget nyebut warung makan..hhh..istilahnya apa ya...kios..lapak..or...hmmm..


Disitu kita cuma makan nasi goreng dan es cendol. Aku pikir nasi gorengnya murah, karena menurut infonya makan diarea situ nggak mahal kisaran 2- 3 SGD, tapi ternyata harganya 6 SGD.That's mean nasi gorengnya seharga 60 ribuan seharga nasi goreng di restoran mewah di Kudus...mahal kan, padahal cuma di lapak.

Solo Traveling Singapura

Di Albert Centre ada area makan halal dan non halal, jadi kalau mau makan disitu musti cermat menentukan pilihan. 


Perut sudah kenyang, lalu kita jalan di Bugis street untuk mencari oleh - oleh. Baru masuk sebentar toko dah mau tutup aja, jadinya buru - buru githu deh belanjanya. 

Salah kita juga sih (tepatnya aku) keluar hotel agak kemalaman. Untungnya kita nggak ketinggalan kereta pas pulangnya. Alhamdulillah sampai stasiun MRT Bugis, masih ada kereta yang beroperasi.


Begitulah cerita petualangan hari pertama tepatnya hari kedua di Singapura. Untuk cerita selanjutnya ditunggu ya....


Pengalamanku Solo Traveling Ke Singapura 4D3N (Pulau Sentosa, Chinatown dan Bugis Street)

                          “Life begins at the end of your comfort zone.” – Neale Donald Walsch


Ini ceritaku..tentang solo traveling first time ke Singapura. PERINGATAN : sebelum membaca sebaiknya siapkan cemilan dan kopi, karena di jamin ceritanya bakalan membosankan..hehe..

Nggak tahu kenapa,  masih susah bagiku menuangkan pikiran dalam sebuah cerita atau menceritakan kembali sebuah pengalaman dan mengemasnya menjadi sebuah cerita yang menarik. Sampai saat ini aku masih belajar untuk bisa menulis artikel yang bagus dan enak untuk dibaca.


One upon time, tepatnya weekend hari jumat tanggal 22 November 2019 aku memulai perjalanan pertamaku ke Singapura. Yeah..akhirnya aku memutuskan untuk ke Singapura juga. Traveling kali ini sebenarnya 4D3N, tapi efektifnya cuma 3D2N karena  hari pertama tiba di Singapura sudah larut malam.

Perjalanan dimulai Jumat siang jam 11siang, aku berangkat  naik bis ke Semarang (demi menghemat biaya) dan turun di halte depan Unisula, kemudian dilanjut dengan naik grab ke bandara. Biayanya aku naik grab mobil dari Kudus kalau mau ke bandara, hanya saja sekarang grab mobil mahal banget.


Setelah menempuh perjalanan yang lumayan panjang dengan beberapa moda transportasi akhirnya sampai juga di bandara. Dilanjut chek in, prosedur bandara dan  pemeriksaan imigrasi.


Penerbangan menuju Singapore bersama Air Asia lancar tidak ada kendala apapun. Sekitar jam 19.20 pesawat mendarat di Singapore di Terminal 4 (T4).


Sempat agak cemas juga terkait pemeriksaan di bagian imigrasi karena info yang pernah kudengar kalau imigrasi bandara Changi terkenal agak ketat. Dan memang waktu tiba giliranku pemeriksaan imigrasi agak lebih lama daripada yang lain. Banyak sekali yang ditanyakan oleh petugasnya seperti tiket pulang dan bookingan hotel. Untungnya aku sudah mempersiapkan semua dokumen baik hardcopy maupun softcopy.


Baca juga :

Persiapan Solo Traveling Kesingapura Ala Backpacker


Setelah keluar imigrasi, aku menuju Ground Transport Desk. Aku memilih untuk ke kota dengan shuttle Changi Airport karena sampai bandara Singapura sudah agak kemalaman. Untuk tiket shuttlenya aku booking lewat online dengan harga 9 SGD booking nya disini  Booking Shuttle Changi Online


Sempat ada sedikit masalah terkait tiket shuttlenya karena aku tidak mendapat email konfirmasi bookingan dari pihak shuttlenya, untungnya aku sempat mengcapture nomor kode bookingannya.  Setelah dikonfirmasi oleh front desknya dan agak lama nunggunya karena mesti dicek dulu,akhirnya aku diperbolehkan naik shuttle.


Mbak yang dibagian frontdesk nya helpful dan bisa bahasa Melayu. Berbeda dengan drivernya yang jutek. Kalau sama yang bule- bule sepertinya dia lebih ramah, tapi sama aku dicuekin dan diomelin lagi.


7 Wonder Capsul Hostel@Jalan Besar

Sampai hostel sekitar jam 10 malam, aku langsung chek in, sama resepsionisnya dijelaskan panjang lebar dengan bahasa inggris logat India nya yang cuma 10 % aku tangkap kata -katanya...selebihnya swear aku nggak paham. Aku cuma mengangguk angguk dan yes..yes....haha...padahal blas nggak paham. 


Tipe kamar yang kubooking di hostel ini adalah capsul yang bentuknya seperti kabin atau laci..tapi lebih mirip seperti peti. Pada dasarnya aku lebih suka menginap di privat room, karena bisa beribadah dengan lebih nyaman. Hampir sebagian besar kamar dorm tidak memiliki space kosong untuk bisa digunakan buat sholat, so aku sholatnya biasanya diatas kasur dan ini sangat tidak nyaman.


Hostel  7 Wonder Capsul Hostel@Jalan Besar ini sebenarnya nyaman, kamarnya bersih, share bathroomnya juga bersih. Hanya saja semuanya serba sempit. Sangat tidak disarankan untuk kalian yang memiliki Claustrophobia atau phobia ruang sempit dan orang yang punya body jumbo. Bayangin saja, toiletnya saja juga sangat sempit hanya cukup untuk orang - orang yang memiliki berat ideal. 

Dan yang aku nggak nyaman lagi karena share bathroomnya dipakai pria dan juga wanita. Karena berdasarkan pengalamanku sebelumnya dinegara lain, share bathroom pria dan wanita biasanya dipisah.


Walau ruang toiletnya sempit, tapi aku masih bersyukur karena toiletnya ada bidetnya alias spray toilet. kabarnya di Singapore banyak toilet kering yang nggak pakai bidet, so i felt lucky find bidet in that hostel toilet..That's why kalau travelingan jangan lupa untuk membawa botol kosong ya..buat jaga - jaga kalau nggak nemu bidet..okay...


Sabtu tanggal 23 November 2019

Hari ini aku start jalan sekitar jam 9 lebih.  Nggak tau kenapa tiba - tiba aku merasa enggan mau kemana mana. Ini adalah sindrom tempat baru...Walaupun sering solo traveling tetap saja mules setiapkali musti berpetualang di tempat yang baru, padahal mustinya merasa excited.

Tiba - tiba aku dilanda kegalauan tentang banyak hal seperti cara menyeberang jalannya gimana? trus cara naik MRT nya gimana?tapi ya sudahlah..masa sudah jauh jauh kesini hanya ngendon di hostel, apalagi hostelnya juga nggak nyaman kan. So,setelah beberes, aku turun juga untuk breakfast ala kadarnya.


Hal pertama yang aku lakukan saat memulai petualangan adalah mengamati cara orang lokal menyeberang jalan..hehe..lucu ya..(saking kuatirnya kena denda), karena kebiasaan kalau menyeberang jalan di Indonesia kebanyakan asal menyeberang aja dimanapun nggak mesthi harus di zebra cross. 


Di Singapura kalau menyeberang jalan musti diarea penyeberangan jalan seperti zebra cross, jembatan penyeberangan atau penyeberangan underground. Di jembatan penyeberangan ada tombol di tiang lampu lalu lintas. Kalau mau menyeberang tinggal pencet tombolnya, trus tunggu sampai lampu berwarna hijau. Kalau lampu dengan  gambar orang jalan berwarna hijau, that's mean kita boleh menyebrang. 


Urusan menyeberang jalan sudah beres, lalu lanjut ke MRT. Sampai stasiun, baca peta jalur MRT yang biasanya ada di area pintu masuk. Cara naik MRT nya cukup mudah yaitu cek dulu naik kereta yang mana dan turun distasiun mana. 


Disetiap pintu stasiun akan ada pintu palang dan mesin untuk men tap kartu transportasi. Tinggal tap kan aja dibagian mesin tapnya, nanti palang pintunya akan terbuka. 


Solo Traveling ke Singapura


PULAU SENTOSA SINGAPURA

Stasiun terdekat dari hotelku adalah Farrer Park dan Farrer Park ini berada di jalur North East (NE) – jalur ungu. Untuk menuju Pulau Sentosa aku musti berhenti di stasiun HarbourFront yang merupakan pemberhentian terakhir di Jalur Ungu. Stasiun HarbourFront berada di dalam Vivo City Mall yang merupakan Mall terbesar di Singapura.


Ada beberapa cara untuk menuju Pulau Sentosa dari Stasiun HarbourFront. Berikut alternatif transportasi saat sudah berada di VivoCity Mall untuk menuju ke Pulau Sentosa, diantaranya :

  • Kereta Monorail, disebut juga Sentosa Express, dengan tarif 4 SGD
  • Bus RWS8, dengan tarif 2 SGD
  • Cable Car (kereta gantung), nah yang ini harganya lumayan mahal bisa sampe 25 – 30 SGD
  • Jalan Kaki via Sentosa Boardwalk
  • Naik Taxi argo (ongkosnya sesuai argo, jauh atau dekat starting pointnya)
  • Naik mobil sewaan (ongkos sewanya lumayan mahal pastinya, bisa start dari mana saja)
Solo traveling ke Singapura

Selain alternatif transportasi diatas, bisa juga jalan kaki lewat Sentosa Boardwalk melalui Vivo City Mallnya. Menurut infonya sih harus membayar 1 USD. Tapi waktu kesana gratis alias free. Ngak tahu juga kenapa gratis, mungkin ada moment moment tertentu diberlakukan gratis.


Berjalan melalui Sentosa Boardwalk ini sebenarnya lumayan jauh juga sekitar 1 km lebih, but plusnya kita bisa melihat pemandangan laut dan sambil berolahraga juga.Yes... Badan sehat dan matapun senang.


Di boardwalk ini juga ada Travelator (escalator yang memiliki pijakan datar), jadi kalau kita capek bisa menggunakan travelator ini. Dan yang pasti, nggak usah takut panas atau hujan, karena Sentosa Boardwalk ini dilengkapi dengan kanopi.


solo traveling ke singapura


Pulau Sentosa merupakan pusatnya tempat hiburan karena ada banyak atraksi dan wahana disini.

  • Imbiah Lookout yang berada di jantung Pulau sentosa. DiCluster ini terdapat 8 tempat menarik untuk belajar dan memacu adrenalin seperti taman kupu-kupu dan serangga, Sentosa Nature Discover, Images of Singapore, The Merlion dan masih banyak lagi. Bagi Anda yang baru pertama kali ke Pulau Sentosa, disarankan untuk keImbiah Lookout ini.
  • Siloso Point, di kawasan ini ada tempat untuk menikmati keindahan bawah laut. Ada juga laguna lumba-lumba, Combat Skirmish Live dan sebagainya. Berikutnya adalah kawasan pantai. Ini adalah salah satu kawasan pantai di Singapore yang banyak dikunjungi wisatawan. Di sini, kalian dapat berjemur dan bermain di pantai yang tenang dan bersih. 
  • Resorts World® Sentosa. Disinilah tempatnya tempat hiburan ternama berada, seperti Universal Studio, Marine Life Park, Lake of Dream, dan masih banyak lainnya.

Tempat pertama yang aku kunjungi adalah area Resort World Sentosa. Karena aku traveler miss queen, jadi misiku diarea  ini hanya berfoto di depan bola dunia USS. Kata orang belum ke Singapura kalau belum foto di bola dunia yang ada tulisannya Unversal..jadi, kalau kalian ke Singapura jangan lupa berfoto di sini ya...


Selanjutnya aku menuju Imbiah lookout dan foto bareng patung merlion raksasa. Itupun dari kejauhan..hehe..


Setelah puas berfoto disitu aku menuju Stasiun Sentosa Express menuju Siloso Point. Disini aku cuma lihat - lihat pantainya saja, karena ngapain juga berpanas panas ria dipantai di tengah hari. Untungnya cuaca hari itu tidak terlalu panas, bahkan sempat gerimis juga.

Solo Traveling Singapura

Mushola Di Pulau Sentosa

Setelah puas berkeliling dan tenguk- tenguk dipantai, aku kembali ke sentosa expres stasiun di area Siloso Point, disini Aku mencari prayer room untuk sholat duhur dan berbekal informasi dari google, akhirnya ketemu juga prayer room nya. Yaitu dilantai basement (satu lantai dengan tempat parkir mobil dan letaknya di dekat lift di basement).


Setelah sholat aku menuju stasiun naik Sentosa express  dengan tujuan ke Vivo City Mall. Niatnya sih  di Vivo City Mall mau makan siang, tapi berhubung aku nggak cukup percaya diri makan disitu ( tepatnya karena nggak punya cukup uang), so aku hanya makan roti bekalku di area kolam renang. 


Perjalanan dilanjut menuju MRT  Harbourfront. Banyak destinasi menarik di sepanjang jalur ungu, seperti kawasan wisata belanja Chinatown dan Litle India berada jalur ini. That's why i feel so lucky nginep dekat jalur ini.

CHINATOWN SINGAPURA

Dalam perjalanan pulang ke hotel, aku berhenti dulu di kawasan Chinatown. Disepanjang jalan dekat MRT ada kawasan perbelanjaan. Aku melenggang cantik ditengah hujan gerimis. Suasana yang cukup romantis sebenarnya...tapi tidak bagi jomblo traveler sepertiku. 


Begitu keluar dari area belanja- belanja. Aku menuju Sri Mariamman Temple yang merupakan kuil hindu tertua di Singapura, sayangnya nggak bisa masuk kedalam karena infonya hanya dibuka pada momen momen tertentu.


After took picture aku berjalan menuju masjid Jamae. Dan inilah masjid pertama yang kutemui di Singapura. 


Masjid Jamae ini dulunya adalah tempat ibadah muslim Tamil yang didkenal juga dengan nama Masjid Chulia. Masjid Jamae dan Sri Mariamman Temple menjadi tengaran ternama di Shoud Bridge Road.

Solo traveling ke Singapura

Nemu masjid, itu rasanya happy banget, Selain bisa sholat dengan nyaman. Selain itu juga bisa numpang ke toilet gratis dan yang lebih senangnya lagi  disini disediakan minum gratis. Untuk traveler sepertiku ini adalah berkah tersendiri.  Aku minum air putih disini sebanyak banyaknya (mumpung gratis dan karena beli air minum di sini mahal). Seharian aku dehidrasi karena berhemat air minum.

Solo Traveling Singapura

Kembali ke Chinatown, Disini banyak kios -kios yang menjual berbagai barang. Kalau menututku sih harganya standar dan tidak terlalu mahal. Aku membeli sedikit oleh - oleh, lumayan murah serba 1 SGD,. So, aku membeli beberapa cinderamata untuk oleh -oleh.


Sebenarnya setelah dari Chinatown ini aku bermaksud mampir ke litle India, tapi berhubung sudah kesorean dan aku juga sudah janji sama mbak Nuke untuk segera ke hotelnya. Akhirnya nggak jadi dan lanjut ke stasiun MRT Farrer Park.


MRT Farrer Park terintegrasi dengan City Square Mall. Inilah yang membuatku kebingungan mencari pintu keluar menuju jalan  jalan raya, Karena kontruksi mall ini separuh lantainya berada di bawah tanah. Agak susah menemukan jalan keluar dari Mall. Hampir 1 jam lebih aku berputar berputar disini hingga akhirnya aku berhasil juga menemukan jalan keluar menuju hostel.


Sampailah aku di hostel lagi, kemudian aku packing dan chekout. Kunci kamar kuserahkan dan resepsionis memberikanku kembali uang depositku sebesar 10 SGD. Karena lokasi hotelnya mbak Nuke lumayan jauh, So aku memutuskan kesana dengan naik bus. Hitung - hitung mencoba transportasi bus di Singapura dan kebetulan dekat hostelku ada Halte bus.


CARA NAIK BUS DI SINGAPURA

Sebelum naik bus, cek dulu rute dan nomor bus nya serta perkiraan jam kedatangannya. Biasanya ada di halte untuk rute dan nomor busnya atau bisa juga di cek di google map.


Cara naik busnya masih sama  seperti naik MRT. Tap kartu dulu di pintu masuk, dan kalau mau turun sebelum sampai di halte tujuan pencet tombol yang ada di tiang. lalu kartu di tap lagi di tiang dekat tombol. Untuk pintu masuknya dari depan dekat kursi sopir dan untuk pintu keluarnya lewat pintu tengah. Unfortunately aku salah turun halte, mustinya kurang satu halte lagi. Alhasil aku harus jalan lebih jauh ke Great Madras. 


Perjalanan menuju ke Great Madras hotel sekitar 15 menit dari halte yang salah tadi. Dengan bantuan pemandu setiaku (google map) ketemu juga Hotel Great Madras tempat mbak Nuke menginap. 


Oh ya, untuk kalian yang mo stay sama teman yang sudah chek in hotel duluan, jangan lupa minta nama lengkapnya. Biar kalau ditanyain reseptionisnya nggak mencurigakan githu..syukur- syukur dijemput sama teman di loby, jadi nggak perlu menjelaskan apapun ke resepsionisnya. Soalnya waktu itu, aku lupa nanya nama lengkapnya mbak Nuke, jadinya pas di kroscek sama resepsionisnya, ak nggak bisa jawab..iyeee....malu kan...


Finally, ketemu juga ama mbak Nuke for the first time. Ternyata dia lebih friendly dari dugaanku, sungguh beda dengan gayanya kalau inbokan. Aku pikir orangnya jutek..ternyata enggak. Dia baik banget ternyata, senang bisa mengenalnya. 


So, karena kami berdua sudah kelaparan, akhirnya kami segera menuju stasiun MRT terdekat. Rencananya kita mau makan di Bugis T jungtion tapi nggak jadi. dan kita makan di area bugis street.

Bugis Street


BUGIS STREET

Bugis memang terkenal sebagai pusat belanja dan oleh-oleh di Singapura. Di Bugis ada juga surga makanan buat kamu yang punya budget minimalis. Bernama Albert Centre, pusat kuliner ini terletak di Queen Street, tepatnya di belakang Bugis Street Market. Ada ratusan pilihan makanan yang bisa kamu coba, mulai dari nasi lemak, prawn noodle, bebek panggang, laksa, dan masih banyak lagi. Harga setiap makanan pun sangat terjangkau, yaitu mulai dari $2 lho.


Tapi sayangnya ketika sampai disana  hampir sebagian besar "warung makannya" dan tutup. Nggak enak  banget nyebut warung makan..hhh..istilahnya apa ya...kios..lapak..or...hmmm..


Disitu kita cuma makan nasi goreng dan es cendol. Aku pikir nasi gorengnya murah, karena menurut infonya makan diarea situ nggak mahal kisaran 2- 3 SGD, tapi ternyata harganya 6 SGD.That's mean nasi gorengnya seharga 60 ribuan seharga nasi goreng di restoran mewah di Kudus...mahal kan, padahal cuma di lapak.

Solo Traveling Singapura

Di Albert Centre ada area makan halal dan non halal, jadi kalau mau makan disitu musti cermat menentukan pilihan. 


Perut sudah kenyang, lalu kita jalan di Bugis street untuk mencari oleh - oleh. Baru masuk sebentar toko dah mau tutup aja, jadinya buru - buru githu deh belanjanya. 

Salah kita juga sih (tepatnya aku) keluar hotel agak kemalaman. Untungnya kita nggak ketinggalan kereta pas pulangnya. Alhamdulillah sampai stasiun MRT Bugis, masih ada kereta yang beroperasi.


Begitulah cerita petualangan hari pertama tepatnya hari kedua di Singapura. Untuk cerita selanjutnya ditunggu ya....


Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar