Sudah lama tidak posting di blog ini ternyata. Tiba – tiba ingin menceritakan kisah antara aku dan telepon. Tentu saja ini bukan cerita menyedihkan, juga bukan cerita memalukan. So, pembaca jangan sedih saat membaca kisah ini dan jangan mengkasihani aku. Awas berhati-hati karena ini cerita yang agak sedikit lebay..(catet..seduikiitt…)

Aku berkenalan dengan telepon sudah sekitar 20 tahun yang lalu…wowww..ternyata sudah lama sekali ya..waktu itu masih sekolah di SMU. Jelas saat itu belum ada HP, telepon umum pun masih sangat langka. 

Hanya orang-orang yang cukup berada yang memiliki telepon rumah. Karena kebetulan aku sekolah di kota..(kota kabupaten maksudte..hehe..) dan kebanyakan temanku anak orang berada, sering kudengar teman – temanku membicarakan ..hmm..telepon ini…hmm…telepon itu..saat itu bisa dibilang telepon merupakan salah satu barang mewah.

Mendengar kata telepon..tentu saja ini membuatku penasaran. Seperti apa sih telepon itu..bagaimana cara menggunakannya.

Hingga suatu hari ada teman yang katanya mau menelepon di telepon umum. Karena penasaran aku bilang mau ikut masuk ke box telepon, sebenarnya cuma ingin tahu bagaimana sebuah alat telepon bisa membuat kita berbicara dengan orang yang jauh disana.

Ternyata mudah untuk menelepon, tinggal pencet nomor yang dituju dan tunggu telepon kita di angkat..kalau sudah ada suara ditelepon berarti sudah diangkat…hehe..(jemuran kale…)

Suatu hari, aku kembali lagi ke box telepon (telepon pake koin..), sampai disitu kupencet-pencet nomor telepon..tapiiii..tidak tahu nomor yang akan kutelepon. Jadi, kesitu mau menelepon siapa?..yaahh..Cuma pengin pencet-pencet telepon saja, mau menelepon keluarga, saat itu bahkan jaringan telepon belum ada di desaku..mau telepon teman juga tidak punya nomornya.

Cerita tentang telepon di masa SMU terhenti sampai disitu. Dan setelah itu aku tidak pernah lagi mengingat si telepon. Hingga waktunya aku kuliah di Kota Surakarta, sampai tahun kedua dikota tersebut sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan telepon..(haha…bersentuhan…). 

Sebenarnya di deket kosku, sebelah Toko Modern juga ada wartel yang memiliki banyak box telepon. Tapi aku jarang kesana, palingan Cuma ketika main internet. Tiapkali kuperhatikan mereka tampak asyik menelpon seseorang..hmm..jadi ngiri..karena aku tak memiliki teman atau keluarga yang bisa kutelepon. Kadang aku juga pura –pura masuk ke box telepon untuk menelpon..(hmm..tapi sebenarnya tidak menelpon, cuma pencet-pencet nomor nggak jelas..)

Kalau nggak salah sekitar tahun 2001-2002, mulai marak yang namanya Handphone. Operator seluler yang ada baru simpati, setelah beberapa bula kemudian indosat mulai beroperasi dengan Mentari nya dan Excelcomindo mulai beroperasi dengan kartu XL nya. 

Saat itu belum ada handphone dengan layar sentuh ya..bentuk handphonenya masih sangat kuno, besar dan berat….dan pastinya harganya juga mahal untuk ukuran mahasiswa pas pasan macam saiyaa…

Aku perhatikan teman – teman kuliah sudah mulai pada punya Handphone. Tentu saja aku sangat mupeng, berharap memiliki Handphone juga seperti beberapa temen kuliah. Untuk kesekian kali, tentu saja handphone merupakan barang mewah yang tidak semua orang punya. Begitu juga dengan teman-teman kuliahku..hanya mereka yang berasal dari keluarga berada yang memiliki handphone.

Proposal untuk minta dibelikan Handphone pun mulai kubuat..hiks..tapi sayangnya bapakku tidak bergeming untuk membelikanku Handhone. 

Berbagai alasan pun mulai kusampaikan..” Bapak, belikan handphone ya..kan buat memperlancar kuliah..kalau ada tugas kuliah bisa talking-talking ama teman..jadi tidak ketinggalan info…”..kurang lebih begitu ya..rayuan pulau kelapa yang kulambaikan…hahaaa..tapiiii..tetap tidak mempan. 

Bapakku mah...kalau tidak penting banget, tidak akan membelikanku, kecuali uang semesteran dan biaya kos….Lha wong minta kipas angin untuk dikamar kosku yang panas saja tidak dibelikan, apalagi Handphone yang saat itu harganya hampir 4 kali biaya kuliah per semester….hmmm….

Saking ngebetnya punya Handphone, akhirnya aku harus memutar otak untuk bisa membelinya. Jalan satu-satunya bersabar dengan menabung menyisihkan uang biaya hidup bulananku.

Demi sebuah handhone..aku harus ngirit nih..biaya makan per harinya aku kurangi biar bisa buat menabung. Setelah sekitar 5 bulan, terkumpulah uang tabungan sebesar 700rb. Mulailah aku hunting handphone yang bisa dibeli dengan harga segitu. Uang segitu mah..Cuma dapat Hp second, hanya saja Handphone second juga susah dicari. 

Akhirnya dengan bantuan Mbak Kosku, aku bisa membeli Handphone Siemen M35 warna kuning. Itupun belinya nitip sama teman mbak kosku itu dari Bali..wahh..jauh yee…Jangan bayangkan Handphone nya tipis dan mungil..noo..HPnya besar lumayan kalau buat nimpuk jidat bisa benjol gede…xixiii…But it’s Ok..yang penting punya Handphone..asyiikk..Kartu Perdana? Jangan Tanya ya..waktu itu kartu perdana juga sangat mahal, sekitar 75-100 ribuan.

Apa yang terjadi setelah aku punya Handphone? Bingung pastinya…why? Karena teman-teman dekatku banyak yang belum punya handphone.  Dan karena pulsa juga mahal dan tidak memiliki budget banyak untuk beli pulsa, akhirnya handphone hanya difungsikan untuk sms an dengan beberapa teman yang memiliki Handphone. Untuk menghubungi keluarga…hehe..jelas keluargaku belum ada satupun yang mempunyai Handphone. 

Hanya saja senengnya punya Handphone adalah saat orang tuaku menelpon. Pasti penasaran bagaimana ortuku bisa menelepon? Kebetulan saat itu di kecamatan daerah asalku sudah ada jaringan telepon. Dan satu-satunya telepon umum ada di kantor kecamatan, Jadi kalau ortuku mau menelpon ya..antri datang kekecamatan.

Diluar itu sepertinya teleponku tidak begitu banyak kugunakan, palingan buat ngusilin cowok –cowok gebetanku jaman kuliah…hahaha….

Handphone juga yang akhirnya mempertemukanku dengan gebetanku jaman SMU, seseorang yang dari jaman SMU  kucari keberadaannya..dan baru ketemu lagi saat kuliah semester 5 kalau nggak salah. 

Tapi sayangnya, realita tidak semanis kisah drama Korea. Tentu saja penantianku berujung pada penolakan..hehe…menyesalkah diriku sekarang? absolutely..yang pasti buang- buang waktu, pikiran dan perasaan….ouww….so pembaca, jangan jatuh cinta deh, apalagi sama orang yang tidak mencintai kita. 

Kupikir cinta yang tersimpan dalam waktu yang lama akan terus membekas dihati. Tapi ternyata tidak Pemirsa, walaupun 5 tahun kemudian setelah lulus kuliah aku ketemu dia lagi..(ketemu by inet ya..)tapi, aku tak merasakan apa-apa..biasa saja..I dun’t think  kalau dia orang yang tepat untuk kucintai…(jadi nglantur …)

Back to cerita Handphone lagi ya..2 tahun setelah Handphone siemen M35 yang segede jagung ( agak berlebihan ye..),menurutku tidak praktis, jadi aku pengin Hp yang mungil. Dan setelah setahun kemudian aku berhasil nabung lagi, dan membeli Handphone siemen A55, itu adalah Handphone ke 2 ku yang pernah kumiliki. Handphone itu terus kupakai hingga aku mulai kerja di Kudus.

Setahun setelah bekerja akhirnya mampu beli Sony ericson seri nya lupa (seperti gambar diatas). Handphone nya lumayan bagus, tapi agak berat..(HP ini pula yang akhirnya menjadi saksi kepergian beliau).

Setelah 1 tahun kemudian aku beli lagi HP Nokia C55..yang pasti jaman itu lagi trend HP 3G bentuknya mungil ada kamera depannya juga, harganya lumayan fantastis..2,5 juta…wiihh mihil ya..kalau sekarang HP seharga itu sudah dapat Handphone dengan tehnologi canggih, kamera yang bagus dan memory yang gede. 

Ini Hp kenanganku dengan ayahnya anak-anak karena belinya dianterin sama beliau. Karena sudah punya Hp baru, so Hp Sony ku dipakai belaiu..hehe…Sampai sekarang Hpya masih ada, rencananya nanti akan kuberikan ama anak-anak kalau mereka sudah bisa pakai Handphone 🙂

Beberapa tahun setelah itu punya Hp pemberian seseorang Nokia E63 dan Samsung S4 KW..thanks untuk kalian dan maaf atas semua yang telah terjadi… ingat Hp Nokia E63 jadi inget sama yang ngasih Hp itu..hmm..apa kabarmu?

Pada akhirnya aku kembali pada HP yang kubeli sendiri setahun yang lalu..yeahh..lenovo. Handphone bagiku hanya sebagai sarana bisnis, kebetulan dua tahun yang lalu berbisnis online ( sekarang sudah nggak ya..), dan saat ini Handphone lebih pada untuk keperluan ngeblog seperti browsing, mengambil gambar dan editing gambar.

Sebenarnya ada suatu masa punya handphone adalah sesuatu yang menyenangkan..Pastinya ketika have someone special. Ada sms dan telepon yang dinanti..yank, lagi ngapain? Sudah makan belum? Kangen nih..wekks…:P…(lebay)

Tidak seperti orang lain yang banyak memanfaatkan telepon atau handphone untuk berkomunikasi.. hehe..Aku jarang berkomunikasi via Handphone, hanya sedikit nomor telepon dalam Handphoneku..keluarga dan beberapa teman. 

Praktis Handphoneku jarang berbunyi , jarang ada yang menghubungiku dan jarang pula menghubungi orang lain by telepon…aku tidak terlalu suka talking –talking via handphone, selain memang karena ngirit pulsa juga tidak terlalu suka  ngobrol….kalau telepon malah bingung mau ngobrol apa…hehe…hmm…(begitulah diriku..).

Kalau ditanya, penting nggak sih punya handphone? Pasti penting..Handphone itu ibarat soulmate yang ditenteng dan dibawa kemana-mana. Dia seperti teman setia yang menemaniku kala suka dan duka..cieeee. Saat aku bosan menunggu misal anak les, handphone ini bisa jadi teman. 

Saat berada disuatu tempat asing yang membuatku bingung mau ngapain, Handphone inilah yang akan membuatku merasa nyaman..pura-pura pencet pencet HP..(padahal nggak ngapa-ngapain lho..palingan cuma cek pulsa…hehe..).

Segitu saja cerita nggak pentingku…terimakasih untuk menyempatkan diri membaca cerita lebay tentang perkenalanku dengan si telepon.

Kisah Antara Aku dan Telepon


Sudah lama tidak posting di blog ini ternyata. Tiba – tiba ingin menceritakan kisah antara aku dan telepon. Tentu saja ini bukan cerita menyedihkan, juga bukan cerita memalukan. So, pembaca jangan sedih saat membaca kisah ini dan jangan mengkasihani aku. Awas berhati-hati karena ini cerita yang agak sedikit lebay..(catet..seduikiitt…)

Aku berkenalan dengan telepon sudah sekitar 20 tahun yang lalu…wowww..ternyata sudah lama sekali ya..waktu itu masih sekolah di SMU. Jelas saat itu belum ada HP, telepon umum pun masih sangat langka. 

Hanya orang-orang yang cukup berada yang memiliki telepon rumah. Karena kebetulan aku sekolah di kota..(kota kabupaten maksudte..hehe..) dan kebanyakan temanku anak orang berada, sering kudengar teman – temanku membicarakan ..hmm..telepon ini…hmm…telepon itu..saat itu bisa dibilang telepon merupakan salah satu barang mewah.

Mendengar kata telepon..tentu saja ini membuatku penasaran. Seperti apa sih telepon itu..bagaimana cara menggunakannya.

Hingga suatu hari ada teman yang katanya mau menelepon di telepon umum. Karena penasaran aku bilang mau ikut masuk ke box telepon, sebenarnya cuma ingin tahu bagaimana sebuah alat telepon bisa membuat kita berbicara dengan orang yang jauh disana.

Ternyata mudah untuk menelepon, tinggal pencet nomor yang dituju dan tunggu telepon kita di angkat..kalau sudah ada suara ditelepon berarti sudah diangkat…hehe..(jemuran kale…)

Suatu hari, aku kembali lagi ke box telepon (telepon pake koin..), sampai disitu kupencet-pencet nomor telepon..tapiiii..tidak tahu nomor yang akan kutelepon. Jadi, kesitu mau menelepon siapa?..yaahh..Cuma pengin pencet-pencet telepon saja, mau menelepon keluarga, saat itu bahkan jaringan telepon belum ada di desaku..mau telepon teman juga tidak punya nomornya.

Cerita tentang telepon di masa SMU terhenti sampai disitu. Dan setelah itu aku tidak pernah lagi mengingat si telepon. Hingga waktunya aku kuliah di Kota Surakarta, sampai tahun kedua dikota tersebut sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan telepon..(haha…bersentuhan…). 

Sebenarnya di deket kosku, sebelah Toko Modern juga ada wartel yang memiliki banyak box telepon. Tapi aku jarang kesana, palingan Cuma ketika main internet. Tiapkali kuperhatikan mereka tampak asyik menelpon seseorang..hmm..jadi ngiri..karena aku tak memiliki teman atau keluarga yang bisa kutelepon. Kadang aku juga pura –pura masuk ke box telepon untuk menelpon..(hmm..tapi sebenarnya tidak menelpon, cuma pencet-pencet nomor nggak jelas..)

Kalau nggak salah sekitar tahun 2001-2002, mulai marak yang namanya Handphone. Operator seluler yang ada baru simpati, setelah beberapa bula kemudian indosat mulai beroperasi dengan Mentari nya dan Excelcomindo mulai beroperasi dengan kartu XL nya. 

Saat itu belum ada handphone dengan layar sentuh ya..bentuk handphonenya masih sangat kuno, besar dan berat….dan pastinya harganya juga mahal untuk ukuran mahasiswa pas pasan macam saiyaa…

Aku perhatikan teman – teman kuliah sudah mulai pada punya Handphone. Tentu saja aku sangat mupeng, berharap memiliki Handphone juga seperti beberapa temen kuliah. Untuk kesekian kali, tentu saja handphone merupakan barang mewah yang tidak semua orang punya. Begitu juga dengan teman-teman kuliahku..hanya mereka yang berasal dari keluarga berada yang memiliki handphone.

Proposal untuk minta dibelikan Handphone pun mulai kubuat..hiks..tapi sayangnya bapakku tidak bergeming untuk membelikanku Handhone. 

Berbagai alasan pun mulai kusampaikan..” Bapak, belikan handphone ya..kan buat memperlancar kuliah..kalau ada tugas kuliah bisa talking-talking ama teman..jadi tidak ketinggalan info…”..kurang lebih begitu ya..rayuan pulau kelapa yang kulambaikan…hahaaa..tapiiii..tetap tidak mempan. 

Bapakku mah...kalau tidak penting banget, tidak akan membelikanku, kecuali uang semesteran dan biaya kos….Lha wong minta kipas angin untuk dikamar kosku yang panas saja tidak dibelikan, apalagi Handphone yang saat itu harganya hampir 4 kali biaya kuliah per semester….hmmm….

Saking ngebetnya punya Handphone, akhirnya aku harus memutar otak untuk bisa membelinya. Jalan satu-satunya bersabar dengan menabung menyisihkan uang biaya hidup bulananku.

Demi sebuah handhone..aku harus ngirit nih..biaya makan per harinya aku kurangi biar bisa buat menabung. Setelah sekitar 5 bulan, terkumpulah uang tabungan sebesar 700rb. Mulailah aku hunting handphone yang bisa dibeli dengan harga segitu. Uang segitu mah..Cuma dapat Hp second, hanya saja Handphone second juga susah dicari. 

Akhirnya dengan bantuan Mbak Kosku, aku bisa membeli Handphone Siemen M35 warna kuning. Itupun belinya nitip sama teman mbak kosku itu dari Bali..wahh..jauh yee…Jangan bayangkan Handphone nya tipis dan mungil..noo..HPnya besar lumayan kalau buat nimpuk jidat bisa benjol gede…xixiii…But it’s Ok..yang penting punya Handphone..asyiikk..Kartu Perdana? Jangan Tanya ya..waktu itu kartu perdana juga sangat mahal, sekitar 75-100 ribuan.

Apa yang terjadi setelah aku punya Handphone? Bingung pastinya…why? Karena teman-teman dekatku banyak yang belum punya handphone.  Dan karena pulsa juga mahal dan tidak memiliki budget banyak untuk beli pulsa, akhirnya handphone hanya difungsikan untuk sms an dengan beberapa teman yang memiliki Handphone. Untuk menghubungi keluarga…hehe..jelas keluargaku belum ada satupun yang mempunyai Handphone. 

Hanya saja senengnya punya Handphone adalah saat orang tuaku menelpon. Pasti penasaran bagaimana ortuku bisa menelepon? Kebetulan saat itu di kecamatan daerah asalku sudah ada jaringan telepon. Dan satu-satunya telepon umum ada di kantor kecamatan, Jadi kalau ortuku mau menelpon ya..antri datang kekecamatan.

Diluar itu sepertinya teleponku tidak begitu banyak kugunakan, palingan buat ngusilin cowok –cowok gebetanku jaman kuliah…hahaha….

Handphone juga yang akhirnya mempertemukanku dengan gebetanku jaman SMU, seseorang yang dari jaman SMU  kucari keberadaannya..dan baru ketemu lagi saat kuliah semester 5 kalau nggak salah. 

Tapi sayangnya, realita tidak semanis kisah drama Korea. Tentu saja penantianku berujung pada penolakan..hehe…menyesalkah diriku sekarang? absolutely..yang pasti buang- buang waktu, pikiran dan perasaan….ouww….so pembaca, jangan jatuh cinta deh, apalagi sama orang yang tidak mencintai kita. 

Kupikir cinta yang tersimpan dalam waktu yang lama akan terus membekas dihati. Tapi ternyata tidak Pemirsa, walaupun 5 tahun kemudian setelah lulus kuliah aku ketemu dia lagi..(ketemu by inet ya..)tapi, aku tak merasakan apa-apa..biasa saja..I dun’t think  kalau dia orang yang tepat untuk kucintai…(jadi nglantur …)

Back to cerita Handphone lagi ya..2 tahun setelah Handphone siemen M35 yang segede jagung ( agak berlebihan ye..),menurutku tidak praktis, jadi aku pengin Hp yang mungil. Dan setelah setahun kemudian aku berhasil nabung lagi, dan membeli Handphone siemen A55, itu adalah Handphone ke 2 ku yang pernah kumiliki. Handphone itu terus kupakai hingga aku mulai kerja di Kudus.

Setahun setelah bekerja akhirnya mampu beli Sony ericson seri nya lupa (seperti gambar diatas). Handphone nya lumayan bagus, tapi agak berat..(HP ini pula yang akhirnya menjadi saksi kepergian beliau).

Setelah 1 tahun kemudian aku beli lagi HP Nokia C55..yang pasti jaman itu lagi trend HP 3G bentuknya mungil ada kamera depannya juga, harganya lumayan fantastis..2,5 juta…wiihh mihil ya..kalau sekarang HP seharga itu sudah dapat Handphone dengan tehnologi canggih, kamera yang bagus dan memory yang gede. 

Ini Hp kenanganku dengan ayahnya anak-anak karena belinya dianterin sama beliau. Karena sudah punya Hp baru, so Hp Sony ku dipakai belaiu..hehe…Sampai sekarang Hpya masih ada, rencananya nanti akan kuberikan ama anak-anak kalau mereka sudah bisa pakai Handphone 🙂

Beberapa tahun setelah itu punya Hp pemberian seseorang Nokia E63 dan Samsung S4 KW..thanks untuk kalian dan maaf atas semua yang telah terjadi… ingat Hp Nokia E63 jadi inget sama yang ngasih Hp itu..hmm..apa kabarmu?

Pada akhirnya aku kembali pada HP yang kubeli sendiri setahun yang lalu..yeahh..lenovo. Handphone bagiku hanya sebagai sarana bisnis, kebetulan dua tahun yang lalu berbisnis online ( sekarang sudah nggak ya..), dan saat ini Handphone lebih pada untuk keperluan ngeblog seperti browsing, mengambil gambar dan editing gambar.

Sebenarnya ada suatu masa punya handphone adalah sesuatu yang menyenangkan..Pastinya ketika have someone special. Ada sms dan telepon yang dinanti..yank, lagi ngapain? Sudah makan belum? Kangen nih..wekks…:P…(lebay)

Tidak seperti orang lain yang banyak memanfaatkan telepon atau handphone untuk berkomunikasi.. hehe..Aku jarang berkomunikasi via Handphone, hanya sedikit nomor telepon dalam Handphoneku..keluarga dan beberapa teman. 

Praktis Handphoneku jarang berbunyi , jarang ada yang menghubungiku dan jarang pula menghubungi orang lain by telepon…aku tidak terlalu suka talking –talking via handphone, selain memang karena ngirit pulsa juga tidak terlalu suka  ngobrol….kalau telepon malah bingung mau ngobrol apa…hehe…hmm…(begitulah diriku..).

Kalau ditanya, penting nggak sih punya handphone? Pasti penting..Handphone itu ibarat soulmate yang ditenteng dan dibawa kemana-mana. Dia seperti teman setia yang menemaniku kala suka dan duka..cieeee. Saat aku bosan menunggu misal anak les, handphone ini bisa jadi teman. 

Saat berada disuatu tempat asing yang membuatku bingung mau ngapain, Handphone inilah yang akan membuatku merasa nyaman..pura-pura pencet pencet HP..(padahal nggak ngapa-ngapain lho..palingan cuma cek pulsa…hehe..).

Segitu saja cerita nggak pentingku…terimakasih untuk menyempatkan diri membaca cerita lebay tentang perkenalanku dengan si telepon.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar